Subuh di teluk ini
Ombak menunjukkan marah gilanya
Di dinding tembok penahan
Lantaran kreatifitas harga dirinya
Di pelataran penjemputan ini
Ombak melompat dalam riang gilanya
Lantaran gairah pantai memahami kegilaannya
Bisikan dermaga diatas ombak yang gila
Sitidak waras melompat lenggak lenggok
Kain kafan ditangan terlambaikan angin
Sadar gilanya berseru
Wahai ombak yang menggila
Kembalikan….kembalikan….. bukan permata
Tapi sebutir pasir yang kau renggut
Pasir disana sudah terbalut dendam, dengki dan nista
Tempat mereka membayangkan kepongayahannya
Kembalikan sebutir pasir yang kau rebut
Dunia menjadi gulita karena bulan merajuk
Bintang tidak mau lagi meminjamkan pelitanya
Mataharai gusar dengan bakarnya
Aku hanya menuntut……………..
Kembalikan sebutir pasir yang kau mangsa
Kembalikan sebutir pasir keasalnya
Pasir disana sudah terbalut dendam dengki, dan nista
Kembalikan sebutir pasir yang kau rebut
Agar hujan menyiram kembali hati dunia
Agar angin mendetakkan kembali jantung dunia
Agar kau tidak lagi dimusuhi lautanmu
Agar bunga merekah kembali rembulan
Sang tidak waras melompat lenggak-lenggok
Dengan kain kafan ditangan
Sambil tertawa menyindir ia berseru
Sahabatku, sahabatku telah tercerabut
Sahabatku, sahabatku telah tiada
Sahabatku, sahabatku telah sekarat
Sahabatku, sahabatku telah keparat
Karena jiwanya dirasuki rohnya setan gila
Karena hatinya dicuri anjing gila
Mandar, 06 Juni 2005
No comments:
Post a Comment