Dibawah kamboja yang tua renta ini
Telah terbaring dengan khidmat
Dua orang kekasih dunia
Menyatu dalam sebuah liang lahad
Dibawah kamboja yang tua renta ini
Membawa wangi rindu asmara masa silam
Ketika perjalanan bahtra dikayuh berdua
Sang belahan jiwa kehabisan napas, tenaganya habis
Dibawah kamboja yang tua renta ini
Kesaksian sang belahan jiwa
Seperti camar yang patah sayapnya sebelah disore hari
Menunggu dalam lara
Memberinya semangat memanusiakan buah zamannya
Sepuluh tahun kemudian
Sang camar yang patah sayapnya sebelah
Terkulai lemas, tidak mampu melawan dera usia
Pun gugur keharibaan
Bersamaan dengan munculnya kuncup bunga kamboja
Memberinya harapan pertemuan
Dengan sang belahan jiwa tercinta
Dalam liang lahad yang esa
Sang Pelipur lara dunia
Menitipkan pintu surga pada keteguhan tanah
Ia pun berpesan
“Liang kematiankuku adalah liang kehidupan belahan jiwaku”
Kini daging mereka telah menyatu dengan tanah
Tulang-belulang telah diremukkan bakteri
Tetapi gelora kesaksian mereka
Tergores selamanya dalam qalbu
Tangisan airmata mereka
Menjadi telaga abadi hati sanubari
Air mata haru melompat keluar dari kelopak
Menari dalam tatapan kuncup kamboja yang sama muncul kembali
Memberi kesaksian
“Dalam kandungan akarku”
“Telah ada kesyahidan”
“Telah ada wujud keabadian cinta”
“Dalam semangat yang selalu merindu”
Jogjakarta, 15 Februari 2007
No comments:
Post a Comment